Senin, 05 Mei 2014

Wine Knowledge II



Berbagai jenis Anggur dan perbedaannya

Ada sekitar 800 jenis anggur yang tumbuh di seluruh dunia, mulai dari anggur yang dipakai untuk membuat kismis, anggur yang biasa dijual di toko buah hingga anggur yang digunakan untuk membuat wine.

Anggur yang biasa digunakan untuk bahan baku pembuatan wine biasanya berasal dari spesies Vitis vinifera yang jenisnya bermacam-macam. Namun dari sekian banyak jenis tersebut, hanya sembilan yang biasanya dianggap klasik, yaitu:

Anggur hijau (white grape)

* Chardonnay (syardone)
* Chenin Blanc (syenengblang)
*Riesling (risling)
* Sauvignon Blanc (sovinyongblang)
* Semillion (semiyong)


Anggur merah (red grape)

* Cabernet Sauvignon (kabernesovinyong)
* Merlot (merlo)
*Pinot Noir (pinonwar)
* Shiraz/ Syrah (sira)

Setiap jenis anggur memiliki karakter yang berbeda-beda yang perlu kita ketahui dengan baik sehingga kita bisa memilih wine yang lebih cocok dengan selera kita. Sebagai contoh, jika kita tidak suka rasa sepat (tannic), Cabernet Sauvignon mungkin bukan pilihan yang cocok karena memiliki kadar tannin yang lebih tinggi daripad red grape lainnya. Atau jika kita suka white wine yang acidity-nya menonjol, Sauvignon Blanc mungkin bisa jadi pilihan yang tepat karena karakter acisity-nya yang memang terkenal cukup kuat.

Rasa setiap wine tidak hanya dipengaruhi oleh jenis anggur, tetapi juga oleh lokasi penanaman , praktik pengolahan kebun anggur (viticulture), proses pembuatan, proses penyimpanan (cellaring & aging), bahkan juga cara penyajian.

Jenis-jenis Anggur hijau (white grapes) yang umum kita jumpai di Indonesia

Chardonnay (syardone)
Merupakan salah satu anggur yang paling popular di Indonesia, malah juga diseluruh dunia. Tetapi chardonnay ada berbagai macam:
  • Chardonnay dari daerah dingin: Chablis di Burgundy biasanya memiliki karakter apel hijau,buah pir, lemon serta aksen mineral.

  • Chardonnay dari daerah hangat: California dan Australia bisa memiliki karakter buah-buahan tropis seperti melon dan peach.

  • Chardonnay yang dibuat dengan menggunakan oak barrel (tong kayu khusus untuk membuat wine) bisa memiliki karakter ekstra seperti vanilla atau toast dengan tekstur yang terasa lebih creamy di lidah.

Chenin Blanc (syenengblang)
Jenis ini jarang dikenal akrab oleh orang Indonesia, namun seteguk Chenin Blanc dari Loire Valley di Prancis akan membuat kita lupa diri sejenak. Chenin Blanc bisa dibuat menjadi sweet wine maupun dry wine (wine yang tidak manis namun bukan berarti pahit). Dry Chenin Blanc bisa memiliki karakter apel hijau atau buah-buahan hijau lainnya dengan aksen karakter mineral dan acidity yang terasa mantap dan menggigit di lidah. Chenin Blanc yang agak manis biasanya memiliki karakter buah tropis seperti pisang, nenas, peach dan jambu biji yang berdaging merah. Sedangkan sweet wine yang terbuat dari Chenin Blanc bisa memiliki karakter madu, apel merah, peach, apricot, dengan kompleksitas rasa yang fenomenal.

Riesling (risling)
Di Indonesia wine yang dibuat dari Riesling biasanya berasal dari ALSACE di Prancis, Jerman, Kanada dan Australia. Karakternya bisa berupa jeruk citrus, peach, wangi bunga, dan apel hijau dengan karakter acidity- nya cukup menonjol untuk dry white wine-nya hingga karakter madu, lemon, dried apricot, markisa hingga nanas untuk sweetwine-nya. Karena factor fruit acidity-nya yang cukup menonjol, Riesling sangat cocok dengan berbagai masakan Cine dan Thailand.

Sauvignon Blanc (sovinyongblang)
New Zealand an Loire Valley Prancis meiliki anggur jenis ini sangat berkualitas, karena memiliki karakter paprika, jeruk nipis, lemon, kiwi, sirsak, dan kadang-kadang ada aksen wangi seledri yang lembut.

Semillon (semiyong)
Manis yang akan muncul dari benak banyak orang, anggur ini menjadi bahan baku utama sweet wine yang terkenal di dunia dari daerah Sauternes di Prancis yang terkenal dengan kualitas dan harganya. Memiliki karakter madu yang sangat kaya, elegan dan juga kompleks. Di Australia dari anggur ini diproduksi sweet wine dan dry wine yang menjadi terkenal di kalangan pencinta wine meskipun rasanya agak berbeda dari Semillon di daerah Sauternes tersebut.

Fruit Wine
Minuman ini dibuat dari berbagai macam buah-buahan seperti apel, cherry, strawberry, peach dan plum. Seperti halnya wine proses pembuatannya juga melalui proses fermentasi yaitu mengubah kandungan gula menjadi alcohol. Sudah tentu rasanya sangat berbeda dengan yang berbahan baku anggur, dan jenis ini disebut wine karena kandungan alkoholnya mirip dengan wine yaitu 11% - 12%.


Jenis-jenis Anggur merah (red grapes) yang umum kita jumpai di Indonesia

Cabernet Sauvignon (kabernesovinyong)
Banyak orang Indonesia kurang menyukai jenis anggur ini terutama yang baru mengenal wine dikarenakan rasanya yang bisa sangat tannic (terasa sepat bukanlah rasa yang biasa diapresiasi dalam budaya kuliner kita). Tapi justru tannin inilah yang memberikan kesempatan bagi sebotol wine untuk dapat berevolusi dan mengeluarkan semua potensi terbaiknya. Jika telah melalui proses penyimpanan yang baik, tannin akan berubah menjadi empuk (soft), lebih “bulat” sehingga mudah diterima oleh lidah kita. Anggur jenis Cabernet Sauvignon ini sangat popular karena mudah tumbuh di daerah bersuhu hangat dan tidak rewel. Anggur ini terkenal di Prancis terutama di daerah Bordeaux, beberapa daerah di Italia, California, Australia, Maipo di Chile, dan Afrika Selatan. Anggur jenis ini sangat mudah dikenali karena memiliki karakter buah blackberry dan atau black currant yang sangat jelas dan kadar tannin yang relative lebih tinggi daripada kadar tanin jenis anggur lain.
Cabernet Sauvignon yang sudah developed dapat berevolusi melalui proses aging yang baik, bisa memilik karakter tembakau, daun mint, eucalyptus, blackberry, serutan pencil, bahan kulit (leather) yang tercium seperti sesuatu yang sangat gurih (savory).
Australia dan  California banyak yang menawarkan rasa yang condong pada fruit-driven style.

Merlot (merloh)
Merlot lebih bernuansa soft, berbeda dengan cabernet sauvignon yang lebih kuat. Tetapi jika kedua jenis anggur ini dipadukan sering menjadikan wine yang banyak dipuja. Oleh karena itu juga Merlot biasanya juga terkenal di daerah dimana Cabernet Sauvignon ditanam seperti Argentina, Bordeaux, California, Australia dan Afrika Selatan.
Selain tannin-nya yang lebih lembut dan empuk, Merlot juga memiliki karakter buah seperti blackberry, black currant, plum, strawberry, dan kadang juga meiliki karakter spicy yang terasa lembut, tembakau, kopi dan dark chocolate.

Pinot Noir (pinonwar)
Jenis anggur ini sangat teparemental - sulit ditanam, sulit tumbuh dan bisa punya kepribadian yang berbeda-beda. Wine sederhana yang dibuat dari Pinot Noir bisa memiliki karakter strawberry yang kuat. Tetapi Pinot Noir kelas wahid bisa memiliki karakter seperti strawberry, black cherry, dark chocolate, aroma kulit (leather), jamur-jamuran (mushroom), daging binatang liar (game), coklat, cerutu. Pinot Noir juga memiliki kadar tannin yang lebih ramah dan warna yang lebih muda jika dibandingkan Cabernet Sauvignon. Wine Pinot Noir yang ternama datang dari Burgundy dan Champagne di Prancis, Selandia Baru, Oregon, California dan Australia.

Syrah/ Shiraz (sira)
Memiliki sosok kompleks dengan berbagai citra rasa yang eksotis yang concentrated membuat Shiraz dari Barossa Valley di Australia membuat banyak orang terkagum. Di Australia dan Afrika Selatan, anggur ini disebut Shiraz. Di Perancis disebut Syrah. Yang membuat Shiraz/ Syrah begitu terkenal adalah cita rasanya yang peppery-terutama karakter merica hitam dan kadang juga merica putih-spicy, dan blackberry dalam balutan kompleksitas citrarasa yang mengesankan. Karakter lain yang bisa diidentifikasikan dengan anggur ini adalah dark chocolate, bunga violet, game (daging hewan liar), tembakau, kopi, cerutu, kulit (leather), dan sedikit harum vanilla. Selain Barossa Valley di Australia, daerah lain yang cukup terkenal sebagai penghasil wini jenis ini adalah Afrika Selatan, California dan Chile.

Nebbiolo (nebioyo)
Anggur ini adalah anggur yang dianggap penting di Italia sebagai bahan pembuat wine Barolo dan Barbaresco. Wine ini memiliki kadar tanin yang luar biasa, namun beberapa tahun ini kadar tanin yang dimiliki anggur jenis ini mulai banyak yang jinak dan bersahabat di lidah, dan tentu saja nikmat. Anggur jenis ini jarang ditanam diluar Italia dan memiliki karakter bunga violet, blackberry, licorice dan kopi pahit.

Tempranillo (tempraniyo)
Kalau jenis anggur ini paling penting di Spanyol - salah satu Negara penghasil wine terbaik di dunia sebagai komponen utama Roja dan Ribera del Duero. Selain citrarasanya yang baik-penuh karakter buah blackberry, strawberry dan cherry-wine kelas whid yang dibuat dari anggur ini selalu menawarkan tekstur yang luar biasa, nyaris tak tergambarkan. Dalam istilah wine sebutan ini sering disebut lush.

VINTAGE

Vintage adalah angka yang menunjukkan kapan anggur yang dipakai untuk membuat wine tersebut dipanen. Informasi ini dipakai untuk mengetahui berapa umur wine tersebut.
Jika kita mengetahui cuaca didaerah yang bersangkutan pada tahun tersebut, kita juga bisa mendapatkan gambaran kasar mengenai rasa dan kualitas wine yang kita beli.

Cuaca yang hangat akan menghasilkan wine yang lebih kaya dan lebih full bodied, sedangkan wine yang dihasilkan pada tahun yang cenderung dingin akan cenderung elegan dan kuat acidity-nya.

Namun meskipun cuaca adalah salah satu factor yang penting, namun teknik pembuatan wine juga mampu mengurangi efek hasil panenan yang kurang baik. Banyak winery yang tetap mampu membuat wineyang kualitasnya lumayan meskipun cuaca tahun itu kurang bersahabat.

PROSES PEMBUATAN WINE

White Wine
White wine memiliki spectrum rasa yang lebih delicate (lembut) dibanding red wine. Freshness (kualitas kesegaran) dan finesse juga merupakan kualitas yang sangat diperhatikan untuk membuat white wine sehingga setiap langkah pembuatannya selalu dijaga untuk meghasilkan ketiga faktor tersebut.

Setiap anggur dipanen dilakukan dengat sangat hati-hati agar tidak ada anggur yang bonyok, rusak ataupun busuk, karena kulit white grape yang memar dapat mencemari proses fermentasi sehingga wine terasa agak kasar nantinya. Pemetikan anggur dapat dilakukan di pagi atau malam hari saat suhu udara masih dingin sehingga freshness buah anggurnya tetap terjaga.

Sebelum proses dimulai, biasanya seorang winemaker harus memutuskan antara melakukan proses destemming atau tidak.  Destemming adalah suatu proses yang memisahkan buah anggur dari tangkainya. Hal ini dilakukan jika winemaker tidak menginginkan tanin yang berlebihan, selain terdapat didalam kulit, biji anggur juga terdapat dalam tangkainya dan tanin dari tangkai ini dapat menyebabkan karakter rasa pahit didalam white wine nantinya.

Setelah itu buah anggur dihancurkan dengan alat yang disebut crusher untuk mendapatkan grape juice di awal proses. Grape juice ini masih tercampur dengan kulit dan biji yang disebut must. Sebelum melanjutkan proses selanjutnya winemaker akan menguji kadar gula dan acidity-nya didalam must ini. Jika winemaker menganggap bahwa kadar gulanya tidak mampu menghasilkan wine dengan kadar alcohol tertentu, ia bisa menambahkan gula ke dalam must tersebut yang disebut proses chaptalization - diambil dari nama seorang ahli kimia Prancis yang bernama Jean Antonie Claude Chaptal. Chaptalization biasanya dilakukan di daerah penghasil wine yang beriklim dingin karena dalam suhu yang rendah anggur sulit mencapai kematangan optimal sehingga kadar gulanya cenderung rendah. Proses ini  sangat diatur ketat di daerah-daerah penghasil wine, beberapa daerah menganggap ilegal, di daerah lain malah diperbolehkan.
Hal sama juga berlaku untuk acidification, yaitu proses penambahan asam tartarat (tartaric acid) seringkali disebabkan karena anggur hasil panenan mengandung lebih banyak gula daripada komponen acid.

Grape juice dari hasil sebelumnya kemudian dipindahkan ke proses pressing, yaitu proses memeras buah anggur lebih lanjut dengan alat press. Grape juice yang mengalir dengan lancar dari proses pressing ini disebut free run yang dianggap bagian grape juice terbaik. Kemudian must yang didapat dari crushing diolah dalam mesin press secara hati-hati. Biasanya pressing dilakukan beberapa kali, hasil pressing awal yang disebut first press, biasanya ditambahkan ke dalam free run.

Hasil pressing selanjutnya bisa dibuang atau dijual ke winery lain untuk membuat wine yang kualitasnya rendah. Ampas kulit dan biji hasil proses pressing yang disebut marc atau pomace kemudian dibuang agar tidak trcampur dengan grape juice disebut skin contact karena dapat menghasilkan karakter dan warna yang tidak diinginkan.

Agar menjadi lebih jernih hasil pressing ini biasanya ditampung dalam wadah khusus yang disebut settlink tank. Dalam wadah ini partikel-partikel besar biasanya mengendap dibawah dan menghasilkan juice yang lebih jernih diatasnya. Atau jika ingin proses yang lebih cepat, bisa saja winemaker menggunakan proses penyaringan dengan menggunakan alat khusus. Setelah proses penyaringan selesai maka dilanjutkan ke proses fermentasi.

Proses fermentasi membutuhkan ragi untuk mengubah gula menjadi alcohol, dan seorang winemaker bisa menggunakan ragi hasil pembiakan (cultured yeast) yang dapat menonjolkan rasa atau aroma tertentu, atau ragi alami (native yeast). Yang sekarang lebih banyak digunakan adalah ragi hasil pembiakan (cultured yeast) karena sifatnya yang mudah ditebak (predictable) dan dikontrol sehingga seorang winemaker bisa membuat wine yang lebih sesuai dengan keinginanya. Setelah ragi menunaikan tugasnya, ragi akan mati dan menumpuk didasar tank dan menghasilkan endapan yang disebut lees. Kontak yang lebih lama antara wine dengan lees akan memberikan karakter rasa yang lebih creamy dan kompleksitas aroma tambahan.

Proses fermentasi pada white wine dapat dilakukan didalam oak barrel, yaitu tong kayu khusus untuk membuat wine, tangki yang terbuat dari stainless steel atau gabungan keduanya. Fermentasi didalam oak barrel akan memberikan nuansa rasa yang berbeda biasanya lebih kaya creamy dan lebih kompleks. Sedangkan fermentasi dengan tangki stainless steel bertujuan menjaga karakter buah wine tersebut. Namun apapun wadahnya yang terpenting untuk white wine adalah suhu tangki yang rendah (8 - 18oC) karena suhu yang tinggi akan merusak karakter freshness, delicate fruit aroma dan finesse yang ada dalam white wine.

Jika winemaker ingin mendapatkan wine yang acidity-nya lebih soft, ia bisa melakukan malolatic fermentation yaitu proses merubah asam malat yang terasa tajam di lidah menjadi asam laktat yang lebih empuk dan bulat. Fermentasi ini berbeda dengan fermentasi sebelumnya karena menggunakan bakteri, bukan ragi. Wine yang sudah difermentasikan bisa lalu diperam dalam oak barrel untuk mendapatkan karakter dan kompleksitas tambahan. Namun banyak juga winemaker lebih memilih stainless steel sebagai tempat memeramnya.

Setelah semua proses selesai, winemaker akan memindahkan wine ke dalam wadah baru yang lebih bersih. Proses ini disebut racking, setelah melalui proses ini, akan didapatkan wine yang sudah relative lebih bersih dan jernih, namun untuk membersihkan-nya lebih lanjut biasanya dilakukan proses clarification. Jika dirasa perlu dapat dilakukan proses cold stabilization, yaitu proses mendinginkan wine ke suhu -4oC untuk mengeluarkan semua kandungan kristal tartrat di dalam white wine agar nantinya bisa didapatkan wine yang lebih stabil dan jernih. Tanpa proses ini, kristal tartrat bisa muncul didasar botol white wine yang umurnya agak tua dalam bentuk seperti potongan kertas kecil.

Setelah rangkaian proses diatas selesai dilakukan maka white wine ini bisa dicampur dengan white lain melalui proses blending atau bila tidak diperlukan bisa langsung dibotolkan.

PROSES PEMBUATAN SWEET WINE

Banyak orang mengira bahwa sweet wine – atau sering disebut dessert wine karena biasa disajikan bersama hidangan penutup atau malah menjadi dessert itu sendiri – mendapatkan rasa manisnya dari penambahan gula. Salah! Penambahan gula (chaptalization) bukan bertujuan menambah rasa manis, melainkan untuk meningkatkan kadar alcohol.

Sweet wine mendapatkan rasa manisnya dari 2 hal yaitu kadar gula natural yang tinggi di dalam buah anggur dan proses fermentasi yang berbeda. Kadar gula alami dalam anggur yang digunakan sweet wine lebih tinggi dari kadar gula alami untuk membuat dry wine. Proses fermentasinya juga agak berbeda, karena dalam proses pembuatan sweet wine raginya dibunuh (atau malah mati sendiri) sebelum mampu mengubah seluruh gula menjadi alcohol sehingga kadar gula alami yang tersisa masih cukup banyak sehingga menghasilkan rasa manis yang lezat. Proses lainnya hampir sama dalam pembuatan white wine.

Untuk mendapatkan kadar gula yang tinggi dalam buah anggur, ada beberapa cara yang bisa ditempuh:
Late Harvest
Dengan cara ini, buah anggur dipanen jauh melampaui waktu normalnya, biasanya sekitar 2 sampai 4 minggu selewat masa panen normal sehingga konsentrasi gula alaminya menjadi lebih tinggi.

Raisined Grapes
Setelah matang pohon, anggur yang sehat dan berkualitas baik dipetik dan kemudian dikeringkan selama beberapa waktu sehingga mengerut seperti kismis. Dengan cara ini kadar air di dalam anggur menguap dan menyisakan konsentrasi gula alami dan komponen rasa (flavor compound) yang nantinya difermentasikan menjadi sweet wine. Vin Santo, Recioto di Soave, Reciotto della Valpolicella, dari Italia serta Vin de Paille dari Jura, Prancis terkenal sebagai pembuat sweet wine gaya ini.

Eiswein atau Ice Wine
Wine yang disebut seperti ini dibuat dari anggur yang dibiarkan matang jauh melampaui masa panen normalnya hingga musim dingin tiba. Suhu musim dingin akan membekukan anggur tersebut. Anggur yang masih beku tersebut segera di-press, dan dalam proses ini air akan terpisahkan dari gula alami karena titik didih air berbeda dengan titik didih gula. Yang terkenal sebagai produsen wine jenis ini adalah Jerman, Austria, dan Kanada.

Botrytis-Affected
Botrytis cinera adalah sejenis jamur yang biasa menyerang anggur di daerah yang sejuk dan lembab. Jamur ini menyedot kadar air di dalam buah anggur dan menyisakan kadar gula, acidity, dan flavor compound dalam konsentrasi yang tinggi. Selain itu infeksi jamur ini ternyata juga menyebabkan reaksi kimiawi tertentu di dalam buah anggur sehingga menghasilkan kompleksitas rasa yang berbeda. Wine jenis ini biasa diberi label Noble Rot atau Botrytis di botolnya dan salah satu wine termahal di dunia yang dibuat dengan metode ini adalah Chateau d’Yquem dari Bordeaux.

Sweet wine yang baik selalu memiliki acidity dan kadar alcohol yang seimbang sehingga tidak terasa manis semata atau yang paling parah terasa seperti permen murahan. Proses pembuatan ini sangat sulit, mahal dan membutuhkan waktu dan usaha yang tidak sedikit. Tak heran jika harganya juga cenderung lebih mahal. Wine jenis ini banyak dijual dalam botol ukuran 375 ml meskipun ada juga yang dijual dalam botol ukuran standar 750 ml.

PROSES PEMBUATAN RED WINE

Dimulai dari proses destemming dan crushing untuk mendapatkan must, lalu jika perlu winemaker akan melakukan proses chaptalization atau acidification. Must yang dihasilkan dari proses crushing ini sengaja dibiarkan mengalami skin contact, yaitu tercampur dengan biji, kulit agar terjadi ekstraksi warna dan muncul komponen rasa yang lain termasuk tanin. Proses ini biasanya berlangsung cukup lama dan diawasi secara teratur oleh winemaker hingga didapatkan warna dan karakter yang diinginkan.

Setelah itu winemaker akan mulai melakukan proses fermentasi dalam suhu yang diawasi secara seksama. Suhu fermentasi dibawah 20oC biasanya mampu menjaga karakter fruity wine tersebut. Suhu yang lebih tinggi biasanya berguna untuk mengekstraksi warna, tanin, dan komponen rasa yang lebih kompleks. Tapi suhu yang terlalu tinggi akan membuat rasa wine-nya menjadi berantakan.

Maceration adalah suatu istilah untuk menerangkan proses membiarkan skin contact terjadi antara juice, kulit dan biji anggurnya. Ini bisa berlangsung bahkan setelah proses fermentasi selesai, dengan tujuan mendapatkan warna, tanin dan komponen rasa lainnya lebih banyak lagi karena kehadiran alcohol mampu membantu proses ekstraksi tersebut.

Setelah Maceration selesai, winemaker akan melakukan proses pressing. Berbeda dengan proses pembuatan white wine, dimana proses pressing dilakukan di awal, dalam proses pembuatan red wine proses pressing dilakukan setelah fermentasi selesai. Semakin kuat pressing yang dilakukan biasanya wine yang didapat semakin terasa kasar. Setelah itu winemaker akan melakukan proses fermentasi malolaktat (malolactic fermentation) untuk mendapatkan acidity yang lebih soft dan elegan. Jika ingin mendapatkan karakter wine yang lebih kompleks, biasanya winemaker akan membiarkan wine tersebut diperam dalam oak barrel untuk beberapa waktu. Proses yang disebut barrel maturation ini mampu memberi nuansa rasa yang berbeda yang disebut sebagai oak/ wood character yang sering disebut sebagai oaky, toasty, vanilla, dengan tekstur yang lebih terasa empuk dan bulat.
Proses selanjutnya sama dengan proses pembuatan white wine yaitu: racking, fining clarification, blending (jika perlu), dan botling.

PROSES PEMBUATAN ROSE WINE

Rose wine sebetulnya tidak beda dengan red wine biasa. Wine jenis ini juga dibuat dari anggur merah. Yang membedakan dalam proses pembuatannya adalah lamanya skin contact yang terjadi. Jika untuk membuat red wine dibutuhkan waktu maceration yang cukup lama, rose wine membutuhkan waktu yang jauh lebih singkat. Ada 3 cara mendapatkan rose wine:

Blending
Proses mencampur grape juice  dari anggur putih dan anggur merah yang telah mengalami skin contact. Umumnya cara ini menghasilkan rose wine kualitas rendahan kecuali untuk pembuatan champagne rose di Champagne.

Short Maceration
Dalam proses ini, setelah melalui proses crushing, fermentasi dilakukan dalam suhu rendah agar dapat menjaga karakter fruity wine tersebut dan skin contact dilakukan dalam waktu singkat – mungkin 1 atau 2 hari tergantung kadar tanin, rasa dan warna yang diinginkan. Setelah itu, pressing dilakukan dengan hati-hati agar tidak terlalu banyak zat tanin dan warna yang masuk. Proses berikutnya sama dengan proses pembuatan white wine. Biasanya rose wine tidak memerlukan fermentasi malolaktat dan oak maturation.

Bleeding Method
Mirip dengan short maceration, misalnya anda seorang winemaker dan sedang membuat 100 liter red wine. Setelah 2 hari melakukan maceration, anda mengambil 20 liter wine tadi yang kini warnanya merah muda. Anda kemudian memperlakukan 20 liter wine tadi seperti cara membuat white wine untuk membuat rose wine, namun anda juga melanjutkan proses maceration untuk membuat red wine dari sisa 80 liter lainnya.
Jadi bedanya dengan short maceration adalah, dengan bleeding method, kita akan mendapatkan 2 macam wine, sedangkan dengan short maceration kita hanya mendapatkan rose wine.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar